SALATIGA,HarianWAWASAN- Penggunaan material pada pengerjaan proyek Repitalisasi Rumah Produksi dan Sarana Penunjang Sentra Produksi Olahan Singkong yang berlokasi di Ngaglek RT.2 RW.XI Kelurahan Ledok Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga di Dinas Perindustrian dan Ketenaga Kerjaan diduga tak sesuai spesifikasi.
Berdasarkan pantauan Ketua Umum Gerakan Anti Korupsi Independen (GAKI) Didik Ridiyanto SH,MH proyek yang dikerjakan oleh CV.ABADI KREASI UTAMA tersebut menggunakan material besi oplosan, yang digunakan dalam pembangunan proyek tersebut, Salatiga Senin (2/1/23).
Para pekerja, diduga melakukan pengoplosan material besi banci dalam rangkaian besi kolom penyanggah tiang gedung. Rangkaian besi yang digunakan berukuran 10 mm dan 8 mm. Bahkan jarak besi pada overstek untuk kolom praktis ada yang 25cm dan 30cm.
Saat dikonfirmasi waktu itu, salah seorang pekerja dilokasi proyek enggan komentar. Mereka hanya menjelaskan secara teknis apa yang telah mereka kerjakan.
"Kami hanya bekerja disini dan ini atas perintah mandor saya, kalau masalah material kami hanya terima ada di lokasi." Ujar pekerja tersebut yang tidak ingin di sebutkan namanya, kepada wartawan beberapa waktu lalu.
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari berbagai sumber, penggunaan besi banci pada pembangunan khususnya bangunan gedung memiliki potensi yang membahayakan. Sebab, ukurannya diameter tidak sebanding dengan ukuran toleransi.
Jika besi full, ukuran diameter besi sesuai dengan ukuran sebenarnya. Sementara, ukuran toleransi sangat minim. Namun, jika pada besi banci, ukuran diameter dapat berpotensi memiliki penurunan besar. Sebab, besaran ukuran toleransinya bisa mencapai 0,5 mm pada besi diameter 10 mm.
Tentu saja, dari selisih ukuran besi tersebut berpotensi mengurangi kualitas bangunan utamanya pada tiang cor yang menggunakan penguatan besi pada struktur material betonnya.
Selain itu, besi banci memiliki harga yang miring dibandingkan besi full yang seharusnya digunakan pada proyek pemerintah sesuai SNI. Dengan begitu, maka indikasinya pihaknya kontraktor mendapatkan keuntungan lebih besar.
Masih menurut Didik, monitoring dan pengawalan dilakukan untuk memantau pembangunan Repitalisasi Rumah Produksi dan Sarana Penunjang Sentra Produksi Olahan Singkong.
Pasalnya, selain anggaran yang dialokasikan besar, juga pentingnya keberadaan Repitalisasi Rumah Produksi dan Sarana Penunjang Sentra Produksi Olahan Singkong tersebut bagi masyarakat.
Karena itu, pembangunan Repitalisasi Rumah Produksi dan Sarana Penunjang Sentra Produksi Olahan Singkong tidak boleh asal-asalan. Kami ingin mengetahui, sejauh mana pembangunannya. Mengingat, anggaran yang dialokasikan besar, mencapai Rp 3 miliar lebih.
Dan lagi, Repitalisasi Rumah Produksi dan Sarana Penunjang Sentra Produksi Olahan Singkong ini merupakan proyek strategis, seiring dengan kebutuhannya yang sangat mendesak. Makanya, kami datang ke sini untuk memastikan agar pelaksanaan pembangunan ini sesuai,bebernya.
Didik menambahkan, Dirinya sudah mengantongi beberapa dugaan kenakalan pengembang proyek seperti kedalaman pondasi, jenis pasir, jarak besi serta ketebalan baja ringan.(Tieam)